TARI RENTAK BULIAN, MEDIA PENYEMBUHAN DAN KOMUNIKASI SPIRITUAL DARI RIAU

 

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya, termasuk dalam seni tari tradisional yang sarat makna. Di balik gerak tubuh yang anggun dan kostum yang indah, banyak tarian tradisional Indonesia yang menyimpan nilai-nilai spiritual dan sosial yang mendalam. Salah satunya adalah Tari Rentak Bulian, sebuah tarian sakral yang berasal dari Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Bagi masyarakat adat Suku Talang Mamak, tarian ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga menjadi sarana pengobatan tradisional dan komunikasi spiritual dengan entitas gaib.

Nama Rentak Bulian berasal dari kata “rentak” yang berarti hentakan atau langkah, dan “bulian” yang merujuk pada tempat singgah makhluk halus menurut kepercayaan masyarakat Indragiri Hulu. Tarian ini pertama kali dikenal secara luas sekitar tahun 1982 dan merupakan bagian dari ritual Bulian, yaitu upacara penyembuhan tradisional untuk mengusir roh-roh jahat yang dipercaya sebagai penyebab penyakit. Melalui gerakan tubuh, irama musik, serta aroma dupa dan bunga, masyarakat percaya bahwa mereka dapat berinteraksi secara spiritual dengan dunia yang tak kasatmata, memohon kesembuhan dan perlindungan.

Dalam ritual aslinya, tarian ini memiliki aturan ketat yang harus dipatuhi. Terdapat delapan penari muda yang dipilih secara khusus, terdiri dari tujuh perempuan yang masih suci secara spiritual (tidak sedang menstruasi dan tidak memiliki hubungan darah satu sama lain) dan satu laki-laki dewasa yang disebut Kumantan, yang bertugas memimpin jalannya tarian dan memahami sepenuhnya runtutan gerakannya. Setiap penari harus mendapatkan izin dari ketua adat, karena tarian ini dianggap sangat sakral. Properti yang digunakan seperti mayang pinang dan pedupaan (kemenyan) juga memiliki makna simbolis yang kuat, sebagai alat untuk memanggil atau menyapa makhluk halus.

Seiring berjalannya waktu, Tari Rentak Bulian tidak hanya dilakukan dalam konteks ritual pengobatan, tetapi juga telah berkembang menjadi pertunjukan budaya yang ditampilkan dalam berbagai festival, baik lokal maupun nasional. Bahkan, tarian ini pernah mewakili Indonesia dalam pertunjukan seni budaya di luar negeri, seperti di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan beberapa negara di Eropa. Meskipun telah bergeser menjadi bentuk pertunjukan, elemen-elemen magis dan sakralnya tetap dipertahankan, sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur.

Makna dan proses dalam Tari Rentak Bulian mencerminkan hubungan yang erat antara manusia dengan alam spiritual. Salah satu gerakan awal dalam tarian ini disebut Menyembah Guru di Padang, yang menggambarkan permohonan izin kepada kekuatan spiritual sebelum ritual dimulai. Gerakan ini diikuti oleh Merentak, yaitu hentakan kaki secara berirama oleh para penari yang saling berpegangan di bagian pinggang, sebagai simbol kolaborasi dan kekuatan bersama. Kemudian ada gerakan Goyang Pucuk, yang menggambarkan pengambilan mayang pinang untuk persiapan sesajen, dan Sembah, yang menunjukkan penghormatan kepada entitas gaib yang dipercaya akan membantu proses penyembuhan.

Proses selanjutnya dalam tarian ini adalah Meracik Limau, yakni gerakan tangan yang menyerupai aktivitas meramu bahan pengobatan dari air limau, yang kemudian diikuti oleh gerakan Merenjis Limau, di mana air tersebut dipercikkan kepada orang yang sedang sakit sebagai bentuk penyembuhan simbolik. Tarian diakhiri dengan Empat Penjuru Gerak, yang menggambarkan pengusiran penyakit ke empat penjuru mata angin setelah seluruh prosesi selesai.

Seluruh rangkaian gerakan dalam Tari Rentak Bulian tidak hanya menampilkan keindahan estetika, tetapi juga sarat akan filosofi dan nilai spiritual yang dalam. Tarian ini merupakan perwujudan keyakinan bahwa alam semesta terdiri atas unsur-unsur yang saling berhubungan, dan bahwa kesehatan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor fisik, tetapi juga oleh keseimbangan spiritual. Dalam konteks budaya modern, pelestarian Tari Rentak Bulian menjadi sangat penting. Keberadaan tarian ini mengajarkan kita untuk lebih memahami dan menghargai kearifan lokal yang telah diwariskan oleh leluhur selama berabad-abad. Tarian ini juga menjadi bentuk identitas budaya masyarakat Talang Mamak yang unik dan tidak dimiliki oleh suku-suku lain di Indonesia.

Melalui Tari Rentak Bulian, kita diajak untuk menyelami lebih dalam bagaimana seni bisa menjadi alat komunikasi antara manusia dan alam gaib, antara dunia nyata dan dunia spiritual. Tarian ini bukan hanya menggugah secara visual, tetapi juga menyentuh secara emosional dan spiritual. Sebuah warisan budaya yang tak hanya layak untuk dipertahankan, tetapi juga dikenalkan ke dunia luas sebagai bagian dari kekayaan spiritual bangsa Indonesia.

Ditulis oleh Wa Adira Afrilanda 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama