Warisan
budaya berkelanjutan di Kabupaten Rokan hilir, merupakan aspek penting dalam
menjaga indentitas dan keberlangsungan nilai-nilai budaya lokal yang diwariskan
dari generasi. Kabupaten Rokan Hilir, yang yang terletak di Provinsi Riau,
memiliki kekayaan budaya yang beragam, baik berupa warisan budaya tak benda
maupun benda, yang menjadi cerminan sejarah, tradisi, dan kearifan lokal
masyarakat setempat.
Keanekaragaman Warisan budaya di Rokan Hilir
Kabupaten
memiliki berbagai warisan budaya yang telah diakui secara nasional maupun
daerah. Warisan budaya tak benda seperti tarian Tradisional, seni bela diri,
dan ritual adat menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Misalnya,
dikabupaten tetangga Rokan Hulu, beberapa Karya budaya seperti silek Tigo Bulan
Ratik Bosa/Togak, dan Tari cegak telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak
benda (WBTB) Indonesia oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan. Hal ini
menunjukkan wilayah Rokan, termasuk Rokan Hilir, memiliki potensi budaya yang
besar untuk dilestarikan dan dikembangkan.
Upaya pelesarian dan pengelola Warisan Budaya
Pelestarian
warisan budaya di Rokan Hilir harus dilakukan secara berkelanjutan dengan
melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, masyarakat, akademisi,
hingga pelaku bisnis. Pemerintah daerah memiliki peran strategis dalam
menetapkan kebijakan, menyediakan anggaran, dan mengembangkan infrastruktur
pendukung pelestarian budaya. Misalnya, penetapan cagar budaya dan pengembangan
objek wisata sejarah seperti Istana Raja Rokan dan Benteng Tujuh Lapis telah
menjadi langkah konkret dalam menjaga nilai sejarah sekaligus membuka peluang
ekonomi baru melalui pariwisata budaya.
Masyarakat
lokal juga berperan penting dalam menjaga dan meneruskan tradisi budaya melalui
partisipasi aktif dalam kegiatan budaya, pelatihan, dan sosialisasi. Pendekatan
kolaboratif berbasis konsep penta helix yang melibatkan akademisi, pemerintah,
masyarakat, pelaku bisnis, dan media dapat memperkuat pengelolaan warisan
budaya secara berkelanjutan. Contohnya, program pengelolaan limbah elektronik
berbasis penta helix di Rokan Hilir menunjukkan bagaimana sinergi antar elemen
masyarakat dapat menciptakan solusi berkelanjutan yang juga mendukung
pelestarian lingkungan dan budaya lokal.
Peran Parawisata dalam mendukung Warisan Budaya berkelanjutan
Pengembangan pariwisata budaya menjadi salah satu strategi penting dalam menjaga warisan budaya di Rokan Hilir. Dengan mengangkat potensi budaya lokal sebagai daya tarik wisata, pemerintah daerah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya sekaligus membuka lapangan kerja dan sumber pendapatan baru. Revitalisasi destinasi wisata seperti Danau Gunung Sari di Rokan Hulu menjadi contoh bagaimana pengembangan fasilitas wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dapat memberikan manfaat ganda, baik dari sisi ekonomi maupun pelestarian alam dan budaya. Selain itu, edukasi dan sosialisasi mengenai nilai sejarah dan budaya kepada masyarakat dan wisatawan sangat penting agar warisan budaya tidak hanya menjadi objek wisata, tetapi juga menjadi sumber pembelajaran dan kebanggaan lokal. Benteng Tujuh Lapis, misalnya, tidak hanya sebagai situs sejarah perjuangan melawan penjajahan, tetapi juga sebagai sarana edukasi dan pengembangan ekonomi kreatif masyarakat sekitar.
Tradisi Bakar Tongkang, Simbol Syukur dan Indentitas Budaya
Tradisi bakar Tongkang di bagansiapiapi adalah warisan budaya masyarakat Tionghoa yang telah berlangsung selama berabad-abad. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada leluhur yang telah menemukan dan membangun komunitas di Bagansiapiapi. Bakar Tongkang bukan sekedar pembakaran replika kapal, melainkan juga mengandung nilai kearifan lokal yang mengajarkan kebersamaan, gotong royong, solidaritas sosial antar warga. Tradisi ini menjadi daya tarik wisata budaya yang signifikan, menarik ribuan wisatawan domestik dan mancanegara setiap tahunnya, sehingga memberikan dampak positif bagi perkonomian lokal, terutama sektor parawisata, akomodasi dan kuliner. Namun, juga pelaksanaan tradisi ini juga menghadapi tantangan seperti pengelolaan limbah dan keterbatasan infrastruktur. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat berupaya mengatasi masalah tersebut melalui edukasi lingkungan, peningkatan fasilitas, dan memperdayaan masyarakat agar tradisi ini dapat terus dilestari dan memberikan manfaat ekonomi secara merata.
Pelestarian Tari Zapin Bagan, Warisan Seni Melayu yang hidup
Selain tradisi Bakar Tongkang, Tari Zapin Bagan marupakan salah satu kesenian Tradisional Melayu yang masih eksis di Rokan Hilir, Khusunya di Desa Bagan Punak, Bagansiapiapi. Tari ini dikenal sejak tahun 1960-an dan memikili ciri khas gerakan tangan yang menyerupai tumbuhan kangkung. Pelestarian tari Zapin Bagan dilakukan melalui pendirian sanggar seni, pengajaran secara turun-temurun kepada generasi muda, serta pertunjukan rutin di berbagai acara adat dan sosial. Muhammad Tabah, sebagai penerus dan pelatih tari ini, aktif mengajarkan tari Zapin Bagan kepada anak-anak disanggarnya, Sanggar Sinar Rokan, untuk menjaga keberlangsungan seni Tradisi ini. Upaya Pelestarian juga mencakup menumbuhkan rasa bangga dan kecintaan Masyarakat tergadap Tari Zapin Bagan agar seni ini menjadi ikon budaya Kabupaten Rokan Hilir. Meski pandemi COVID-19 sempat mengambat Pertunjukan, upaya revitalisasi terus dilakukan dengan harapan tari ini dapat dikenal lebih luas dan lestari dimasa depan.
Masyarakat
nelayan dirokan Hilir juga memiliki kearifan tradisional yang menjadi bagian
dari warisan budaya berkelanjutan. Kearifan ini tercemin dalam cara mereka
mengelola sumber daya laut secara lestari, menjaga keseimbangan ekosistem,
serta melestarikan tradisi dan ritual yang berkaitan dengan laut dan kehidupan
nelayan. Kearifan kehidupan nelayan. Kearifan ini penting untuk menjaga
keberlanjutan sumber daya alam sekaligus memperkuat indentitas budaya
masyarakat pesisir.
Pontensi Warisan Budaya Sebagai Sumber Ekonomi Berkelanjutan
Warisan
budaya di Rokan Hilir tidak hanya berfungsi sebagai Indentitas dan simbol
sosial, tetapi juga sebagai sumber ekonomi yang berkelanjutan. Tradisi Bakar
Tongkang dan Tari Zapin Bagan, misalnya, telah menjadi magnet parawisata yang
mendorong pertumbuhan sektor UMKM, jasa penginapan, transportasi, dan kuliner.
Pemerintah daerah juga mengembangkan cagar budaya dan situs sejarah seperti
Kota Bagan yang memiliki nilai ekonomi dan kebudayaan tinggi, yang dapat
dikembangkan lebih lanjut sebagai destinasi wisata budaya.
Pengembangan pariwisata budaya menjadi salah satu strategi penting dalam menjaga warisan budaya di Rokan Hilir. Dengan mengangkat potensi budaya lokal sebagai daya tarik wisata, pemerintah daerah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya sekaligus membuka lapangan kerja dan sumber pendapatan baru. Revitalisasi destinasi wisata seperti Danau Gunung Sari di Rokan Hulu menjadi contoh bagaimana pengembangan fasilitas wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dapat memberikan manfaat ganda, baik dari sisi ekonomi maupun pelestarian alam dan budaya.
Pelestarian
warisan budaya di Rokan Hilir menghadapi berbagai tantangan, seperti minimnya
sumber daya, kurangnya kesadaran masyarakat, dan ancaman modernisasi yang dapat
mengikis nilai-nilai tradisional. Oleh karena itu, diperlukan komitmen kuat
dari semua pihak untuk menjaga keberlanjutan budaya melalui program-program
yang terencana dan terintegrasi.Peluang besar juga.
Ditulis oleh Seniyadi
