Kuansing,
Riau - Jalan menuju rumah adat Kuantan Singingi (Kuansing) tak kunjung
diperbaiki meskipun keluhan masyarakat terus berdatangan setiap tahunnya.
Kondisi jalan yang berlubang dan berlumpur semakin parah saat musim hujan,
sehingga menyulitkan akses warga, khususnya saat momen Lebaran ketika banyak
masyarakat ingin bersilaturahmi dan mengunjungi rumah adat sebagai simbol
budaya dan kebanggaan daerah.
Menurut keterangan beberapa warga, jalan
tersebut sudah bertahun-tahun mengalami kerusakan tanpa ada perbaikan berarti
dari pihak terkait. "Setiap Lebaran kami ingin membawa keluarga besar ke
rumah adat, tapi jalan rusak ini bikin mobil susah lewat, kadang harus putar
balik," kata Sulaiman, salah satu warga Kecamatan Kuantan Tengah. Selain
menyulitkan warga, kondisi ini juga dinilai berdampak pada citra pariwisata
budaya Kuansing. Rumah adat yang seharusnya menjadi pusat kegiatan adat dan
daya tarik wisata lokal, justru kurang terurus karena akses yang sulit. Pemerintah
daerah belum memberikan keterangan resmi terkait rencana perbaikan jalan
tersebut. Sementara warga berharap ada langkah konkret sebelum kerusakan makin
parah dan mematikan potensi wisata budaya yang dimiliki.
Jalan Rusak, Simbol Abainya Pemerintah
terhadap Warisan Budaya Kuansing Kerusakan jalan menuju rumah adat Kuansing
bukan sekadar soal infrastruktur yang terbengkalai. Lebih dari itu, ini
mencerminkan bagaimana perhatian terhadap warisan budaya kita masih sangat
minim. Rumah adat bukan sekadar bangunan tua ia adalah simbol identitas,
sejarah, dan kebanggaan masyarakat Kuansing. Ketika akses ke tempat ini
diabaikan, maka yang diabaikan bukan hanya jalan, tapi juga jati diri
masyarakatnya.
Momen Lebaran seharusnya menjadi waktu terbaik untuk memperkuat nilai budaya dan kebersamaan, namun justru terganggu karena infrastruktur dasar tak mendukung. Pemerintah daerah seharusnya tidak menunggu viralnya keluhan atau tekanan publik untuk bertindak. Perbaikan jalan ke rumah adat mestinya menjadi prioritas, bukan hanya demi kenyamanan warga, tetapi juga untuk membangun kembali penghargaan terhadap budaya lokal yang semakin terkikis. Pembangunan bukan hanya soal gedung-gedung baru, tapi juga memastikan warisan lama tetap hidup dan mudah diakses generasi kini. Jika kita serius ingin melestarikan budaya, maka langkah awalnya adalah memperbaiki jalannya.
Penulis:
Raizha Vastuwidya