Indonesia
dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya. Di setiap sudutnya, terdapat
nilai-nilai lokal yang berharga, tumbuh dari masyarakat yang memelihara warisan
nenek moyang. Salah satu harta budaya ini adalah Tari Tepak Siri, sebuah tarian
suci yang berasal dari Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Walaupun zaman
berubah masuk ke berbagai bidang, Tari
Tepak Siri tetap ada, menjadi lambang identitas, penghormatan, dan penghubung
antargenerasi masyarakat Melayu di Rokan Hulu.
Asal Usul dan Makna Simbolik
Tepak
Siri lebih dari sekadar sebuah tarian. Ia merupakan warisan budaya yang terikat
erat dengan prinsip-prinsip kehidupan masyarakat Melayu. Nama “Tepak Siri”
sendiri berarti wadah untuk sirih, bahan yang biasanya dikunyah bersama pinang
dan kapur oleh orang-orang Melayu sebagai bentuk sambutan dari penghormatan
kepada tamu. Dalam konteks budaya, memberikan sirih adalah tanda penghormatan,
niat baik, dan pernyataan persaudaraan.
Tari Tepak Siri terinspirasi dari
tradisi tersebut. Tarian ini biasanya ditampilkan pada acara adat seperti
penyambutan tamu penting, pernikahan, khitanan, atau kegiatan budaya lain.
Gerakan indah penuh makna yang disuguhkan melambangkan nilai-nilai seperti
kesopanan, keramahan, serta penghargaan kepada orang lain.
Unsur Seni yang Menyatu
Tari
Tepak Siri tidak hanya menarik dari segi gerakan, tetapi juga keseluruhan
susunannya yang meliputi musik, kostum, dan alat tari. Musik pendukung biasanya
berasal dari alat musik tradisional seperti gendang, gong, dan seruling, yang
dimainkan dengan ritme lembut namun penuh makna. Melodi ini menciptakan suasana
sakral dan khidmat, mengiringi setiap gerakan penari dengan harmonis.
Pakaian yang dikenakan penari juga
memiliki arti tersendiri. Biasanya, penari mengenakan busana adat Melayu
berwarna-warni dengan motif khas. Warna emas atau kuning sering dipilih karena
melambangkan kehormatan dan kemuliaan. Para penari perempuan membawa wadah
sirih atau tepak sebagai properti utama, yang kemudian simbolis diberikan
kepada tamu atau orang yang dihormati di acara tersebut.
Tantangan Era dan Transformasi Budaya
Dalam era globalisasi dan transformasi
yang terus berkembang, Tarian Tepak Siri menghadapi berbagai tantangan. Gaya
hidup yang berubah, terutama di kalangan generasi muda yang lebih dekat dengan
budaya asing dan kemajuan teknologi digital, menyebabkan seni tradisional
seperti ini mulai terabaikan. Banyak orang menganggap tarian tradisional
sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman, tidak menarik, atau bahkan tidak lagi
sesuai dengan kehidupan saat ini. Hal ini diperburuk oleh kurangnya kesempatan
bagi seni tradisional untuk ditampilkan di media dalam pendidikan.
Selain itu, perpindahan dan pergerakan
penduduk juga menyebabkan tradisi lokal semakin terpinggirkan. Generasi muda
yang pindah ke kota besar untuk menempuh pendidikan dan mencari pekerjaan,
secara perlahan mulai terasing dari warisan budaya mereka. Situasi ini
menimbulkan jurang antara generasi tua yang menjaga tradisi dan generasi muda
yang seharusnya melanjutkan nilai-nilai tersebut.
Peran Sosial dan Budaya
Tari Tepak Siri lebih dari sekadar
sebuah pertunjukan, ia memiliki peran sosial dan budaya yang sangat penting
bagi masyarakat. Tarian ini menjadi sarana komunikasi antara komunitas, cara
untuk mengenalkan dan mempertahankan nilai-nilai luhur kepada generasi muda,
serta bentuk penghormatan kepada leluhur dan identitas etnis. Di Rokan Hulu,
tarian ini sering menjadi bagian penting dari acara besar, menandai awal suatu
perayaan dengan suasana yang penuh hormat dan makna. Dalam masyarakat yang
mengutamakan adat dan sopan santun, tari ini juga menjadi pengingat akan
pentingnya nilai-nilai tersebut dalam berinteraksi sosial.
Warisan untuk Masa Depan
Tarian Tepak Siri bukan hanya milik
generasi sebelumnya. Ini adalah warisan yang perlu dilestarikan, dijalani, dan
diturunkan kepada generasi mendatang. Setiap gerakan tari, bunyi alat musik
pendukung, dan senyuman sambutan yang mengiringinya menyimpan nilai-nilai luhur
yang harus terus dijaga. Di dunia yang cepat dan kadang-kadang melupakan akar
budaya, Tarian Tepak Siri menjadi pengingat bahwa identitas dan budaya adalah
dasar penting dalam kehidupan. Tarian ini berfungsi sebagai spiritual dan kultural
yang membentuk karakter bangsa, menumbuhkan rasa hormat, sopan santun, dan
cinta tanah air.
Dengan terus menjaga dan merayakan tradisi
ini, masyarakat Rokan Hulu telah menunjukkan bahwa budaya bukan hal yang
statis, tetapi sebaliknya, dinamis dan dapat berkembang sesuai dengan perubahan
zaman tanpa menghilangkan identitasnya. Tarian Tepak Siri akan terus hidup
tidak hanya di panggung adat, tetapi juga di hati setiap orang yang mencintai
warisan budaya.
Ditulis oleh Zahra Putri Maharani
